Al-Qur'an Sebagai Petunjuk

mushaf terbuka
via americablog.com
Jika anda ditanya apa itu al-Qur'an, setiap orang yang mengaku beragama Islam pasti sudah tahu jawabannya: kitab suci umat Islam. Sebagaimana agama-agama lain yang sudah ada jauh sebelum kedatangan Islam, semuanya memiliki kitab suci yang merupakan teks otoritatif bagi pemeluknya.
Al-Qur'an memiliki fungsi utama sebagai petunjuk bagi pemeluk agama Islam. al-Qur'an menyebut dirinya huda atau petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.

Namun, bagaimana umat Islam, khususnya di Indonesia memperlakukan kitab sucinya? Setiap anak usia TK/SD umumnya telah diajari membaca al-Qur'an sejak kecil. Mereka biasanya belajar di TPA atau TPQ agar mahir membaca al-Qur'an. Dari sekian juta anak yang belajar al-Qur'an, tidak semua dari mereka melanjutkan studi di bidang keagamaan. Pembelajaran al-Qur'an hanya sebatas sampai mahir membaca saja. Jika demikian bagaimana al-Qur'an bisa menjadi petunjuk?

Setelah bacaan al-Qur'an bagus, seiring bertambahnya usia dan meningkatnya kesibukan, apakah al-Qur'an itu masih dibaca setiap hari? Mungkin tidak semua begitu. Selain yang dibaca dalam sholat, ada yang membaca setiap malam jum'at, itupun hanya surat Yasin dan surat atau ayat tertentu saja yang dibaca, Lalu bagaimana dengan surat-surat yang lain?

Dalam kasus yang lebih ekstrim, mushaf al-Qur'an bisa saja hanya diposisikan bagaikan jimat. Ia hanya menjadi pajangan di rumah. Al-Qur'an hanya berfungsi ketika ada orang meninggal atau orang sakit. Ketika menjelang ujian nasional saja, ramai-ramai diadakan khataman al-Qur'an. Ketika UN selesai, ya selesai juga khataman-nya. Jika hal ini dipahami sebagai fadhilah al-Qur'an, ya, it's no problem. Tetapi, jika hal ini dilakukan tanpa memberi pemahaman mengenai fungsi utama al-Qur'an, maka seolah-olah fungsi al-Qur'an dibatasi hanya sebagai bacaan wirid saja.

Pada masa turunnya, al-Qur'an dapat dipahami tanpa membutuhkan keahlian khusus bagi masyarakat Arab saat itu. Namun, seiring tersebarnya agama Islam, orang yang ingin memahami al-Qur'an harus mempelajari bahasa Arab dan ilmu-ilmu pendukung lainnya. Jangankan orang non-arab, orang arab sendiri pada masa sekarang belum tentu dapat memahami al-Qur'an dengan baik. Lalu bagaimana bagi mereka yang memang tidak berkonsentrasi pada bidang keagamaan jika ingin menjadikan al-Qur'an sebagai petunjuk? Berikut saya sampaikan pandangan saya mengenai bagaimana mendayagunakan al-Qur'an sebagai petunjuk sesuai dengan kemampuan atau kesempatan:

Menjalani ajaran agama Islam apa adanya

Dalam arti luas, menjalankan ajaran agama apa adanya adalah termasuk menjadikan al-Qur'an sebagai petunjuk. Jika anda bukan orang yang mendalami di bidang keagamaan, bahkan tidak bisa membaca tulisan Arab, atau sudah tidak punya kesempatan untuk mempelajari al-Qur'an, anda cukup menjalani ajaran agama Islam apa adanya. Anda konsisten menjalankan sholat 5 waktu, membayar zakat, dan sebagainya, itu sudah dapat dikatakan memposisikan al-Qur'an sebagai petunjuk, meskipun hal ini cara paling dasar bagi umat islam yang awam.

Bertanya kepada ahlinya

Anda memiliki permasalahan dalam agama kemudian bertanya kepada kiai, ustadz, atau tokoh agama lainnya juga termasuk memposisikan al-Qur'an sebagai petunjuk. Dengan demikian anda secara tidak langsung memahami isi al-Qur'an, sebab orang yang anda tanya mempunyai keahlian memahami al-Qur'an.

Namun, yang perlu anda catat adalah bahwa keterangan yang diberikan orang yang anda tanyai adalah pemahaman dia terhadap al-Qur'an. Sebab itu, wajar jika terdapat perbedaan pemahaman antara tokoh satu dengan tokoh lainnya. Anda boleh meyakini yang anda ikuti benar, tetapi tidak dapat serta merta mengatakan yang anda ikuti saja yang paling benar, sementara yang lain salah semua bahkan harus dimusnahkan.

Membaca terjemahan al-Qur'an

Cara mudah berikutnya adalah membaca terjemahan al-Qur'an. Bagian al-Qur'an yang paling mudah dipahami dengan terjemahan adalah kisah. Ada banyak kisah dalam al-Qur'an yang mungkin menginspirasi anda. Anda bisa membacanya lewat terjemahan.

Namun, perlu anda ketahui juga, terjemahan al-Qur'an saja tidak cukup dijadikan pedoman untuk menyimpulkan sesuatu, apalagi membuat hukum sendiri. Ingatlah bahwa banyak orang yang berbuat ceroboh hanya berbekal dengan terjemahan al-Qur'an. Terjemahan al-Qur'an adalah pemahaman penerjemah terhadap al-Qur'an. Al-Qur'an dan terjemahan al-Qur'an adalah dua hal yang berbeda.

Membaca atau menyimak tafsir al-Qur'an

Cara ini adalah cara yang paling baik bagi anda yang ingin memahami al-Qur'an namun terkendala keahlian. Dengan tafsir anda dapat memahami latar belakang turunnya ayat, sehingga pemahaman anda jauh lebih baik daripada hanya dengan terjemahan. Tentu saja cara ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Sama dengan metode-metode sebelumnya, tafsir al-Qur'an pun merupakan pemahaman penafsir terhadap al-Qur'an, sehingga wajar jika terjadi perbedaan antara tafsir satu dengan tafsir lainnya. Ada banyak hal yang melatarbelakangi perbedaan itu.

Kesimpulan

Demikian berbagai metode menjadikan al-Qur'an sebagai petunjuk menurut saya. Anda tidak harus menjadi mufassir untuk mendapatkan petunjuk dari al-Qur'an. Dengan dua metode pertama saja, anda sudah bisa mendapatkannya tetapi tidak memahami isi al-Qur'an sendiri. Oleh sebab itu, kalau bisa, jangan hanya menggunakan dua metode pertama jika anda ingin memahami apa itu al-Qur'an dan apa saja isinya.

Metode ketiga adalah metode yang instan untuk mengetahui isi al-Qur'an namun sangat berpotensi membuat anda bingung. Oleh sebab itu, gunakan juga metode keempat dengan membaca tafsir sehingga pemahaman anda lebih komprehensif. Toh, sekarang sudah banyak tafsir yang berbahasa Indonesia. Anda juga bisa membaca tafsir tematik, tafsir yang disusun bukan berdasarkan urutan mushaf, tetapi berdasarkan tema-tema umum dalam al-Qur'an.

Jika anda memiliki keahlian yang mumpuni untuk memahami al-Qur'an, anda tentu saja bisa mempraktekkan moco Qur'an angen-angen sak maknane.

Comments

Popular Posts